KAJIAN
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI DALAM KASUS
ANALISIS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYUSUI PADA DUA BULAN PERTAMA DI
PUSKESMAS KAGOK KOTA SEMARANG
A.
KAJIAN
ONTOLOGI
Cabang Ontologi, yaitu berada
dalam wilayah ada. Kata Ontologi berasal dari Yunani, yaitu ontoyang
artinya ada dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,
ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keberadaan.
Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: apakah objek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakah hakikat dari objek itu? Bagaimanakah hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan dan ilmu? Sehubungan dengan hal tersebut, dilihat dari judul tesis yang dianalisis, maka kajian ontologi atau asal-usul keilmuannya adalah dalam bidang ilmu kesehatan yaitu ilmu kesehatan dengan model pendekatan inklusif.
Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: apakah objek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakah hakikat dari objek itu? Bagaimanakah hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan dan ilmu? Sehubungan dengan hal tersebut, dilihat dari judul tesis yang dianalisis, maka kajian ontologi atau asal-usul keilmuannya adalah dalam bidang ilmu kesehatan yaitu ilmu kesehatan dengan model pendekatan inklusif.
Pendekatan inklusif dapat dipahami melalui objek
materi dan objek formal. Dimana dalam hal ini objek material yang akan
dibahas yaitu ibu menyusui bayi usia 0-3 bulan di Puskesmas Kagok Kota
Semarang.
Menurut WHO/UNICEF menyusui adalah suatu
cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan
yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Bobak, 2005).
Kendala dalam menyusui antara lain,
proses IMD yang gagal, produksi ASI kurang atau tidak keluar, ibu bekerja, bayi
terlanjur mendapatkan pemberian air gula/dekstrosa, pemberian susu formula pada
hari – hari pertama kelahiran, kelainan pada bayi (bayi sakit, abnormalitas
bayi), dukungan keluarga kurang (suami, ibu kandung, mertua), SDM, gencarnya
promosi susu formula. Salah satu kegagalan pemberian menyusui adalah dukungan
keluarga terutama mertua dan ibu kandung yang sering kali mempengaruhi ibu
untuk memberikan susu formula pada bayinya sebelum usia bayi genap 6 bulan
(Dewi Maritalia, 2012). Hal ini bisa menjadi faktor penyebab tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB).
Dilihat dari Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) lebih
tinggi dari pada tahun 2012 yaitu 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan
kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) pada
tahun 2014 sekitar 10,25 per 1000 kh mengalami peningkatan menjadi sekitar
11,18 per 1000 kh. Salah satu faktor angka kematian bayi di Jawa Tengah
meningkat itu dikarenakan kegagalan menyusui secara eksklusif.
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015 cakupan pemberian ASI
eksklusif pada tahun
2014 sekitar 44,30%
dan ditahun 2015 mengalami peningkatan menjadi sekitar
44,83%. Presentasi pemberian ASI eksklusif yang sudah mengalami peningkatan
masih membutuhkan perhatian khususnya
terkait dengan minimnya informasi ibu tentang pentingnya ASI (Profil
Kesehatan Jateng, 2015).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan
pertama pada bayi yang mempunyai manfaat sangat besar karena mengandung anti
bodi. Anti bodi yang tinggi dapat mencegah bayi terkena diare dan alergi.
Dengan demikian dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) tetapi pada
kenyataannya rendahnya pemberian ASI pada bayi mengakibatkan anti bodi menjadi
lemah sehingga bayi mudah terkena penyakit (Sulistyowati, Ari. 2013).
Menurut U. Roesli (2008) berdasarkan
penelitian dari World Health Organisation
(WHO), (2000) dari 6 negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia
9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, sedangkan bayi
berusia dibawah 2 bulan, angka kematian bayi meningkat menjadi 48%.
Menurud penelitian W. Amin &, I I, W E ditemukan ada pengaruh positif antara
pendidikan (p=0,006; OR=2,826), pekerjaan (p=0,001; OR=0,293), pengetahuan
(p=0,000; OR=14,792), IMD (p=0,000; OR=6,771), dukungan suami (p=0,000;
OR=10,988) dan teknik menyusui (p=0,001; OR=3,784) terhadap keberhasilan
menyusui pada dua bulan pertama. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan tinggi, tidak
bekerja, mempunyai pengetahuan yang baik, melaksanakan IMD, mempunyai dukungan
aktif dari suami, memiliki teknik menyusui yang baik dapat meningkatkan
keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama.
Data dari Gubernur
Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai penurunan angka kematian ibu (AKI) hamil dan
menyusui disejumlah daerah belum signifikan. Ganjar menyebutkan selama dua
bulan pertama pada 2017 ini sudah tercatat 79 kasus AKI di Jateng. Data
terbanyak ada dikabupaten Kudus dengan 7 kasus, kabupaten Grobogan dan kota
Semarang masing- masing 6 kasus. Kabupaten Rembang, Pemalang, dan Brebes berada
diperingkat ketiga dengan 5 kasus. Sisanya tersebar dibeberapa wilayah Jateng.
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme,
naturalisme, empirisme. Berdasarkan judul tesis yang dianalisis “Analisis
Keberhasilan Menyusui Pada Dua Bulan Pertama Di Puskesmas Kagok Kota Semarang”. Dari
pemaparan sebelumnya mengenai kajian ontologinya, maka dalam hal ini penulis
menganut aliran realisme.
B.
KAJIAN EPISTEMOLOGI
Kajian epistemologi atau langkah-langkah keilmiahan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan :
1.
Pendekatan
dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode kualitatif
menggunakan pendekatan fenomenologi, hal tersebut dipergunakan karena adanya
permasalahan yang belum jelas, holistik, kompleks dan dinamis pada suatu situasi sosial dan pada
fenomena ini berarti berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka
berfikir maupun bertindak orang – orang
itu sendiri (Prof. Dr. Sugiyono, 2015).
Jadi dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data kualitatif dengan mengeksplorasi pengetahuan ibu terkait
tentang analisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui pada dua bulan
pertama di Puskesmas X kota Semarang, mengeksplorasi faktor sosial budaya yang
berkaitan dengan analisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui pada
dua bulan pertama di Puskesmas X kota Semarang, mengeksplorasi perilaku ibu
terkait dengan analisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui pada dua
bulan pertama di Puskesmas X kota Semarang, mengesplorasi dukungan keluarga
yang berkaitan dengan analisis keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama di
Puskesmas X kota Semarang, mengesplorasi dukungan tenaga medis terkait dengan
analisis faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama
di Puskesmas X kota Semarang.
2.
Data
dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder
a. Data primer
Adalah
data yang dikumpulkan secara langsung dari informan. Sebagai penetapan informan
awal penelitian ini ditetapkan 5 orang ibu menyusui dengan proposive sampling. Syarat menjadi informan utama dalam penelitian
adalah :
1) Ibu menyusui yang mempunyai bayi
usia 0-3 bulan di Puskesmas x Kota Semarang.
2) Mampu diajak komunikasi secara
aktif
3) Bersedia menjadi informan
b. Data sekunder
Data sekunder yang di kumpulkan
pada penelitian ini adalah yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya
seperti buku, rekam medis, jurnal maupun sumber lainnya yang relevan.
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan 2017 - 2018. Pengambilan data pada bulan... 2017. Tempat penelitian ini
berada di Puskesmas x kota Semarang.
Alasan pemilihan tempat penelitian
yaitu berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan cakupan ibu menyusui untuk dua bulan terkait dengan
pencapain ASI eksklusif di Puskemas x Kota Semarang mengalami kenaikan, pada tahun 2014 sekitar 44,30% mengalami peningkatan pada tahun 2015 sekitar 44,83%. Berbagai upaya telah dilakukan namun cakupan ASI eksklusif ini masih tinggi.
d. Partisipan penelitian
Sampel dalam penelitian kualitatif adalah partisipan
atau narasumber, informan, teman dalam penelitian. Tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk mengahasilkan teori sehingga disebut dengan sampel teoritis.
Karakter partisipan dalam penelitian ini adalah Ibu menyusui yang mempunyai
bayi usia 0-3 bulan di Puskesmas x Kota Semarang.
Cara
pemilihan partisipan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi
berdasarkan azas kesesuaian dan kecukupan
sampai mencapai saturasi data. Data saturasi adalah situasi dimana data
sudah berada pada titik kejenuhan, dimana tidak ada informasi baru yang
didapatkan dan pengulangan telah dicapai. Oleh karena itu pemilihan partisipan
pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan berdasarkan
teori - teori yang sesuai dengan tujuan penelitian (Saryono, 2013). Jumlah
populasi 25 ibu menyusui.
e. Instrument Penelitian
Dalam proses penelitian kualitatif,
peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian yang utama. Meskipun demikian,
pada pelaksanaannya peneliti dibantu oleh pedoman pengumpulan data seperti,
pedoman wawancara, pertanyaan terbuka, jelas, pedoman observasi dan sebagainya (Saryono,2011). Dalam
penelitian ini instrument penelitian yang akan digunakan antara lain, peneliti
sendiri, pedoman wawancara, alat perekam, buku catatan, dan alat tulis.
Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan wawancara di Puskesmas x
Kota Semarang yang memilih karakteristik sama dengan
partisipan yang akan diwawancarai. Dimana jumlah pertisipan dalam uji coba
tersebut tidak ada batasannya.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara, dokumentasi (Saryono, 2013).
a.
Pengumpulan data dengan observasi
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal – hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda – benda waktu,
peristiwa, tujuan dan perasaan (Saryono, 2013).
Dalam melakukan pengamatan, peneliti
terlihat secara pasif yang berarti tidak terlihat dalam kegiatan subyek
penelitian dan tidak berinteraksi dengan mereka secara langsung. Peneliti hanya
mengamati interaksi sosial yang mereka ciptakan, baik dengan sesama subyek
penelitian maupun dengan pihak luar (Saryono,
2013).
b.
Pengumpulan data dengan wawancara
Wawancara
merupakan alat re-cheking atau
pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan
dalam penelitian adalah wawancara mendalam atau indepth interview.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bartatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, diamana pewawancara dan informan terlihat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama (Saryono, 2013).
Wawancara mendalam
digunakan untuk memahami faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui pada
dua bulan pertama pada ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-3 bulan.
c.
Dokumentasi
Sifat utama dari teknik ini tidak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu lalu. Secara detail bahan documenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi,
surat pribadi, cacatan harian, memorial atau
kliping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server atau flasdisk data tersimpan di website
(Prof. Dr. Sugiyono, 2015).
Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan cara observasi dan wawancara mendalam atau indepth interview yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
tentang analisis faktor keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama di Puskesmas x Kota Semarang.
4.
Teknik
Keabsahan Data
Kredibilitas Data atau Keabsahan Data diperoleh
melalui metode uji keabsahan data. Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan
suatu kepastian bahwa yang berukur benar – benar merupakan variabel yang ingin di ukur.
Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat.
Salah satu caranya adalah dengan proses trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Triangulasi
data atau sumber data, pelaksanaan dari
penelitian ini yaitu peneliti melakukan wawancara tentang Analisis
keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama di Puskesmas X kota Semarang,
setelah itu peneliti melakukan pengecekan ulang data dengan memutarkan kembali
rekaman dari handycam kepada ibu menyusui yang sebagai responden untuk
memastikan keabsahan data hasil wawancara dengan ibu menyusui tersebut.
Triangulasi sumber disini adalah nenek ibu menyusui yang tinggal satu rumah
dengan ibu, kader puskesmas, bidan yang menolong persalinan di Puskesmas x kota
Semarang.
5.
Teknik
Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah
bersifat indukstif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis (dugaan sementara). Berdasarkan
hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data
lagi secara berulang – ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah
hipotetsis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila
berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang – ulang dengan teknik
triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesisi tersebut berkembang
menjadi teori ( Meleong, 2007).
Langkah umum analisis data kualitatif
adalah :
a.
Mentranskripsi
hasil rekaman wawancara mengenai analisis keberhasilan menyusui pada dua bulan
pertama, antaranya faktor tingkat pengetahuan ibu tentang menyusui, sosial
budaya yang ada di masyarakat, pekerjaan ibu dan faktor dukungan keluarga,
dukungan tenaga medis yang diberikan
pada ibu agar memberikan ASInya pada bayi pada dua bulan pertama di Puskesmas x
kota Semarang. Setiap kali selesai melakukan wawancara dengan partisipan,
kemuadian data tersebut digabungkan dengan data hasil cacatan observasi selama
melakukan wawancara.
b.
Mengelompokkan kata – kata kunci untuk
merinci kompleksitas kenyataan ke dalam bagian – bagian. Peneliti mendengar,
menulis, membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang telah
terkumpul, kemudian mengidentifikasi keberhasilan menyusui pada dua bulan
pertama di Puskesmas X kota Semarang, antaranya faktor tingkat pengetahuan ibu
tentang menyusui, sosial budaya yang ada di masyarakat, pekerjaan ibu, dan
faktor dukungan keluarga dan dukungan tenaga medis yang diberikan pada ibu agar memberikan memberikan
ASInya pada bayi pada dua bulan pertama di Puskesmas x kota Semarang
c.
Melakukan koding atau kategorisasi
Koding akan memudahkan dalam mengatur
data yang begitu banyak dan melengkapi tuntutan untuk menafsirkan fenomena.
Koding dimulai setelah semua data dibaca berulang – ulang. Susun kata kunci,
tema, isu dan pertanyaan para informan sesuai dengan tujuan khusus yang
dikehendaki.
d.
Mengelompokkan kategori dalam subtema
Banyaknya kategori yang berbeda – beda
perlu dikelompokkan menjadi tema besar sehingga lebih stabil, rapi dan logis
serta masuk akal.
e.
Merumuskan tema
Langkah pertama penafsiran data ialah
menemukan kategori dengan kawasannya. Kategori dan hubungannya diberi label
dengan pernyataan sederhana berupa proporsi
yang menunjukan hubungan yang cukup padat, yaitu sampai analisis menemukan
petunjuk metafora atau kerangka
berfikir umum. Akhirnya menemukan hubungan kunci yang menghubung – hubungan
suatu kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2007).
Data hasil rekaman
suara dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama
di Puskesmas X kota Semarang antaranya pengetahuan ibu tentang menyusui, sosial
budaya yang ada di masyarakat, pekerjaan ibu, dan faktor dukungan keluarga dan dukungan tenaga medis yang diberikan pada
ibu agar menyusui bayinya pada dua bulan pertama kelahiran.
f.
Mengintegrasikan hasil analisis ke dalam
bentuk deskripsi
Analisis data kualitatif harus
bermakna, berguna, sehingga hasil penafsiran perlu dievaluasi ulang (Saryono,
2011).
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pencatatan
hasil rekaman kedalam bentuk tulisan. Kemudian memastikan data telah lengkap
dan memberikan kode pada data yang didapat sehingga memudahkan dalam
mengatur data. Setelah
diberi kode kemudian dikelompokkan
menjadi beberapa kategori. Kemudian data tersebut ditafsirkan. Hasil penafsiran
tersebut kemudian dievaluasi untuk mendapatkan data yang credibel atau terpercaya.
C.
KAJIAN AKSIOLOGI
Kajian aksiologi atau manfaat penelitian ini antara lain:
1.
Bagi Institusi Kesehatan
Hasil
penelitian ini diharapkan bisa menambah masukan dan pengalaman mengenai Analisis keberhasilan menyusui pada dua bulan
pertama di Puskesmas X kota Semarang.
2.
Bagi instansi pendidikan
Menambah referensi kepustakaan yang sudah ada sehingga
dapat dijadikan sumber informasi tentang Analisis keberhasilan menyusui pada dua bulan
pertama di Puskesmas X kota Semarang.
3.
Bagi
Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengalaman mengenai Analisis keberhasilan menyusui pada dua bulan pertama di Puskesmas X kota
Semarang.
4.
Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan
pengetahuan bagi ibu – ibu menyusui yang tidak menyusui bayinya pada dua bulan pertama agar
mengetahui manfaat – manfaat menyusui sehingga dapat memberikan ASInya pada dua bulan pertama.
5.
Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan untuk
evaluasi program, khususnya dalam peningkatan cakupan menyusui terkait dengan menyusui
dan dapat meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam mensukseskan program menyusui.